2/25/2015

Tidak Ada Pilihan Lain

Sore ini, aku mulai bosan dengan gurauan yang tak ada habisnya diperbincangkan lewat emosi yang tak akan pernah meluap sampai kita benar menyatakan diri ini salah. Karena semua hanya pantas dituruti atas dasar kewajiban yang belum semestinya. Karena apa yang telah direncanakan belum sampai pada tujuan sepenuhnya. Karena apa yang telah digariskan belum berbatas tegas dengan kenyataan yang sebenarnya. Dan karena mereka bukan tidak pernah merasakan namun sudah lebih kuat mengatasinya.
Aku hanya ingin menjadi diriku sendiri. Tanpa ada perasaan benar atau salah yang mulai mengusik kebanyakan orang. Diri yang dapat memiliki dunia tanpa harus lupa menyapa bahwa kehidupan ini adalah tentang hari ini. Hari ini yang tak lepas dari goresan luka melukai banyak keresahan sebelumnya. Diri yang lemah jika harus dihadapkan dengan tidak adanya pilihan. Pilihan memiliki arti, sampai tak mengerti cara mengartikannya.
Tak ada salahnya kita mengikuti kerinduan yang selalu hadir menutupi keresahan yang pernah diberikan. Hingga siapa nanti yang akan menyatakan rindu itu lebih dalam dengan sikap yang seutuhnya benar ada. Tapi jika memang tak pantas menyampaikan, biarkan rindu itu yang membawa pulang rasa kembali kepada siapa yang berhak dirindukan.
Walau tidak ada pilihan lain untuk menyatakan, walau tidak ada kata lain selain yang saya rasakan, walau tidak ada kemungkinan akan berbalik darinya. Saya merasa ini adalah senja yang akan hilang dibawa malam yang panjang. Karenanya sementara adalah waktu yang dapat melayangkan harapan yang tak berujung. Dan hanya itu yang saya mengerti tentang hari ini, sementara.

Sekali lagi, tentang hari ini. Rasanya cukup banyak mendengar bahwa diri ini merasakan pilu atas kisah yang baru. Namun terdengar malu bahwa diri ini rindu atas kejadian itu. Sudahlah, ada yang perlu untuk diperlukan tercapai dalam waktu dekat ini. Walau waktu bergulir tiada henti menggusar hati hingga sepi karena tidak ada pilihan lain selain menepi.

No comments:

Post a Comment