Kamu,
iyaaaa kamu. Yang udah berhasil buka hati aku kembali dari masa lalu yang
sebelumnya tak diketahui akhirnya. Mungkin ini tentang cerita yang dengan
komitmen tinggi tanpa mengingat takdir Tuhan. Terlalu fanatisme terhadap
perasaan, dan aku baru sadar itu setelah kita lama jalanin semuanya. Banyak kerangka
kedewasaan yang dapat aku susun dalam masalah ini. Entahlah, mungkin aku salah
mengartikan indahnya nikmat Tuhan.
Yaaa,
semuanya gak kerasa. Sampai-sampai aku lupa dengan sapaan selamat pagi. Lho! Setelah
aku memutuskan hubungan saja banyak yang menghampiri kesendiriaan ini. Tapi aku
gak pernaah sadar bahkan cuek. Dengan alasan masih trauma mungkin yaaaa. Eeh! Tapi
mereka semua udah sukses dengan pilihan mereka. Nahh! Yang kemarin itu berarti
apa yaaa? Memanfaatkan kekosongan hati ini? Kasih tak sampai~
Lumayan
lah, waktu bergulir terus hingga aku kenal kamu. Kita itu udah pernah kenal,
saling sapa, saling ngobrol bahkan. Tapi dengan perasaan yang berbeda kamu
datang tanpa alasan. Mungkin aku kagum dengan pernyataan kamu yang berbeda dari
yang lain. Gak niat membandingkan sih, waktu itu belum siap aja terima orang
lain dalam kekosongan. Yaaa kamu tepat! Karena saat itu perasaan ini udah
netral, Cuma masih takut aja buat mulai semuanya~
Jujur
aja, sebelumnya udah banyak yang nyatain perasaan lewat gombalan mautnya. Tapi aku
gak teralihkan, sampai akhirnya kamu menjelaskan semuanya tentang keseriusan
dan keyakinan itu. Entah jauh tertanam tentang keburukan kamu, tapi semua
seakan pergi dengan keindahan pernyataan yang kamu usahakan untuk menjadi
sebuah pengertian.
Cukup
waktu kita hingga pernyataan maju mundur itu berulang kali menghampiri perasaan
yang tak menentu. Memang terlalu banyak berfikir. Hingga pada puncaknya aku
benar-benar lelah untuk menyakinkan semuanya. Dan kamupun pergi dengan alasan
yang bukan rasional hingga munculah banyak keburukan yang seharusnya sudah
pergi.
Aku
salah menilai kamu, salah mengartikan semuanya. Dan kesalahan terbesar adalah
aku tidak melibatkan Tuhan dalam keadaan ini. Masih terbawa dalam fanastismenya
perasaan yang salah.
Sampai
akhirnya “Konsisten sama perasaan biar waktu yang jawab dan memperbaiki diri”. Kalimat
yang sampai saat ini tidak pernah terpikir dari orang seperti kamu.
Kamu!
Kamu memang kalah dengan orang yang dengan tegas menyatakan perasaannya! Kamu
kalah dengan mereka yang dengan mudah berpikir pendek tentang hubungan! Tapi
kamu menang dalam sebuah hikmah yang akan terus aku pertahankan demi sebuah kesempurnaan
diri.
Maaf
yaaaa, maaf atas dugaan yang pernah terlantun dari ketidaksempurnaan hati. Kita
memang perlu memperbaiki diri terus dan terus. Biarkan perasaan ini mengalir
hingga waktu itupun tiba. Dan aku percaya cinta tidak harus memiliki. Kita memiliki
Alloh yang jauh lebih mencintai kesempurnaan hati dan kesuciannya. Tak lebih,
kamu hanya berharap menjadi orang yang terbaik untuk nanti bukan sekarang. Dan aku
selalu percaya bahwa Alloh tak perlu mengartikan perasaan kamu. Sampaikan perasaan
itu kepada Alloh demi sebuah insan yang sempurna akhlaknya. Dan tugasku saat
ini hanya mempersiapkan diri untuk menjadi insan yang terbaik demi sebuah
kesempurnaan insan yang sempurna dimata Alloh J
Demi
keyakinanku pada Alloh, jauh dalamnya hati. Aku percaya waktu yang akan
mempertemukan kita. Dan jika itupun tak mampu, biarkan perasaan ini indah pada
waktunya dan menjadi hikmah diantara kita.
Terimakasih
:”” banyak hal yang mesti kita pelajari dalam hidup. Termasuk kisah kamu,
hingga aku memiliki hikmah yang jauh lebih dalam menusuk logika bahwa seorang
yang takut itu justru yang harus dipilih, karena dia akan menjadi yang terbaik
dan tidak akan pernah menyianyiakan perasaannya. Dan itu ada dalam kepribadian
kamu.
Sukses
yaaa kamu! Semangat! Dan jangan pernah lupa melibatkan Alloh dalam hal apapun. Satu
hal, kita tidak pernah berkomitmen kecuali menjadi diri lebih baik dengan
kesempurnaan iman kepada Alloh, tak sempat juga berjanji kepada orang yang tak
pantas untuk dijanjikan dan menjajikan kecuali Alloh. Dan biarkan Alloh yang
menjaga perasaan kita ~