Akan
ku biarkan aku jatuh dengan utuh, sampai kamu akan merasa luluh. Dalam pandangan
yang tak rela jika ditinggal pergi oleh kerasnya getaran yang tepat terasa
menyamarkan luka yang masih berperan melawan kenangan yang lama seolah terobati
pelan namun sampai menunggu berbulan bulan. Kelihatan dekat namun jauh, seolah
melekat dengan erat namun sulit ditempuh.
Perlukah
bukti yang kini menyakini hati ada jatuh dengan lagi mengiringi selangkah pada
setiap tepi yang tegas memantul pada keangkuhan diri. Berhenti, menatapi pertemuan
yang sudah berakhir namun sulit diakhiri. Seperti mengenal lebih sakti dari
rasa ini, walau tak teryakini. Hanya ini, sampai disini masih suci tak
ternodai.
Masih
berharap, walau bukan pada harapan yang tak pernah terucap dari hati. Namun sikap,
tanganmu mengusap luka yang bertahap mulai siap mengulang penuh harap yang lagi
tak sama semoga dengan sebelumnya. Daya ini terlelap menjadi bunga yang
berhenti mengucap resah. Karena ketika dengan mu, semua terasa penuh harap.
Jatuhku
denganmu bagai waktu itu menutup rindu. Aku lagi jatuh namun menutupi, mulai
meresapi tapi tetap saja berhenti untuk menanti.
Sambil
berhenti, aku meratapi dengan dasar apa aku harus menanti. Sedang tidak ada
sedikit langkah untukmu memulai menepuk diri ini. Sedang tidak ada mimpi yang
kau simpan setelah sikap yang penuh harap. Sedang tidak ada sepertinya rasa
yang terasa mengakhiri asa.
Dengarlah
katamu sendiri karena hanya denganmu akan kuakhiri. Meski harus pergi atau
tetap menanti. Jatuh ku tetap utuh karena butuh, semoga kamu tetap mengerti ada
pintu yang terbuka dengan kunci yang menggantung sepi. Entah siapa yang akan
mencoba menepi dibalik pintu itu atau bahkan hanya melangkah pergi karena
telalu terbuka untuk pergi dan menepi.
No comments:
Post a Comment