2/26/2015

Jatuh (lagi)

Akan ku biarkan aku jatuh dengan utuh, sampai kamu akan merasa luluh. Dalam pandangan yang tak rela jika ditinggal pergi oleh kerasnya getaran yang tepat terasa menyamarkan luka yang masih berperan melawan kenangan yang lama seolah terobati pelan namun sampai menunggu berbulan bulan. Kelihatan dekat namun jauh, seolah melekat dengan erat namun sulit ditempuh.
Perlukah bukti yang kini menyakini hati ada jatuh dengan lagi mengiringi selangkah pada setiap tepi yang tegas memantul pada keangkuhan diri. Berhenti, menatapi pertemuan yang sudah berakhir namun sulit diakhiri. Seperti mengenal lebih sakti dari rasa ini, walau tak teryakini. Hanya ini, sampai disini masih suci tak ternodai.
Masih berharap, walau bukan pada harapan yang tak pernah terucap dari hati. Namun sikap, tanganmu mengusap luka yang bertahap mulai siap mengulang penuh harap yang lagi tak sama semoga dengan sebelumnya. Daya ini terlelap menjadi bunga yang berhenti mengucap resah. Karena ketika dengan mu, semua terasa penuh harap.
Jatuhku denganmu bagai waktu itu menutup rindu. Aku lagi jatuh namun menutupi, mulai meresapi tapi tetap saja berhenti untuk menanti.
Sambil berhenti, aku meratapi dengan dasar apa aku harus menanti. Sedang tidak ada sedikit langkah untukmu memulai menepuk diri ini. Sedang tidak ada mimpi yang kau simpan setelah sikap yang penuh harap. Sedang tidak ada sepertinya rasa yang terasa mengakhiri asa.

Dengarlah katamu sendiri karena hanya denganmu akan kuakhiri. Meski harus pergi atau tetap menanti. Jatuh ku tetap utuh karena butuh, semoga kamu tetap mengerti ada pintu yang terbuka dengan kunci yang menggantung sepi. Entah siapa yang akan mencoba menepi dibalik pintu itu atau bahkan hanya melangkah pergi karena telalu terbuka untuk pergi dan menepi.

No comments:

Post a Comment