Demi
sebuah kata yang tidak akan terlintas dalam hati tanpa adanya kelangsungan
fakta yang terjadi. Demi sebuah definisi yang hanya dapat diucap lemahnya bibir
tetapi sulit dimiliki oleh hati yang kuat. Demi sebuah arti yang begitu luas
untuk menuju ketasyakuran. Dan demi sifat yang jarang sekali dengan mudah dan
efisien dimiliki diri sesorang.
Aku
khilaf untuk sekian banyak nikmat yang Kau beri Tuhan. Aku jatuh dalam
kemudharatan atas nikmat yang Kau beri Tuhan. Aku lemah ketika nikmat itu ditinggikan
olehMu Tuhan. Aku tidak sadar bahwa semuanya hanyalah titipanMu. Dan aku, aku
hanya penerima nikmat yang tidak berperasaan untuk selalu mensyukurinya.
Hingga
kini, aku hanya bisa terdiam ketika satu diantaranya disimpan untuk kebaikanku
nanti. Aku hanya bisa meratapi ketika satu itu pergi kepada yang tepat
dimiliki. Aku hanya bisa merenungi kesalahan yang selama ini aku perbuat
mengatasnamakan suatu itu dalam kebhatilan. Aku hanya bisa menarik lebih kuat
tentang hikmah yang akan Kau beri setelah ini.
Percayalah,
kehilangan tidak akan pernah berakhir sebelum kita kehilangan jiwa kita
sendiri. Kehilangan tidak akan pernah berhenti menghantui sebelum kita
kehilangan diri kita sendiri. Kehilangan tidak akan pernah mengikuti langkah
sebelum Tuhan yang mengkhendaki. Dan kehilangan tidak akan pernah terjadi
kecuali karena takdir dariMu Tuhan.
Yaaa,
tepat pada akhirnya. Ikhlas adalah cara termudah untuk bersyukur. Ikhlas adalah
cara terakhir yang baik sebelum pasrah. Ikhlas adalah cara terindah menikmati
setiap ujian kehilangan yang Kau berikan. Dan
dengan ikhlas proses hikmah akan berjalan secepat rasa ikhlas itu
sendiri tertanam dalam hati.
Kehilangan
yang paling menyedihkan justru kehilangan rasa ikhlas dalam diri ~