12/27/2016

Kedua Kali

Untuk yang kedua kalinya saya merasa jatuh hati itu menyakitkan~
Saya merasa mengalami kegagalan untuk yang kedua kalinya.

12/06/2016

Ketidakinginan

Dalam cerita ini, saya ingin menuliskan beberapa hal. Mungkin, semuanya saya sudah jelaskan agar Tuhan mengerti, bahkan saya selalu berharap doa itu sedang dikemas Tuhan untuk rencana yang mengagumkan. Sejenak, saya berfikir.

Saya tidak bahagia, dalam hening kadang otak saya ramai riuh memadati pikiran. Dalam ramai saya hening pening menciptakan imajinasi hati. Mengapa saya katakan itu, saya tidak lagi berharap dibahagiakan. Saya bahagia ketika membahagiakan seperti itu kira kira.

Saya menjalani berbagai kisah, tentang cerita beberapa orang yang begitu ingin kebahagiaannya tercipta. Saya tidak mempermasalahkan itu.

Dari dulu saya belajar tentang pelayanan, melayani dengan hati. Saya ingin, org yang bertemu saya hari ini pulang dengan senyumannya yang tegas atau kesedihannya yang ikhlas. Percayalah, saya ingin bahagia dengan membahagiakan.

Setelah ini, saya tidak tau lagi. Saya tidak mengerti bagaimana hasilnya. Dalam pertanyaan itu kadang saya berfikir tentang bagaimana cara memberi yang terbaik pada negri.

Saya berputar memilih, seperti dimintai pertanggung jawaban tentang membahagiakan dirinya. Tidak hanya satu, kadang dalam kesempatan yg sama beberapa orang ingin dibahagiakan, ingin dirinya dilayani dengan hati. Tuhan.

Lalu pertanyaan berikutnya muncul. Kapan saya bahagia? Kapan saya dibahagiakan?

Seperti banyak tujuan.
Kebahagiaan begitu luas, hingga kini tak sanggup dirangkul.
Ini tentang siapa?
Begitu pertanyaan memenuhi kepala ini.
Akankah semua ini menemukan akhir?

Bukan saya lagi, kalian bahkan tentang beberapa pembicaraan.
Saya tidak bicara, diam terkunci karena pembicaraan.
Mengarah tetap pada keinginan yang tersusun.
Tak saya acak bahkan susunannya masih tetap utuh.

Taukah?
Dalam perasaan tak imbang, banyak begitu pertimbangan.
Bukannya diam itu memasrahkan?
Atau bertindak itu meresahkan?
Harus apa? Seperti ingin, sebentar lagi tak ingin.
Saya bukan lagi kosong yang sedang menunggu terisi.
Raga terasa penuh, sesak karena ingin tak jadi keinginan lagi.

Perlukah?
Saya menerima ketidakinginan ini.
Pergi lalu bertujuan kembali.
Saya perlu mengerti tentang arti pergi.
Setelah itu akan tau akan kemana kembali
Karena perihal menerima kembali sangat sulit diketahui.

Kata Saya II

Skrg, saya lebih suka bermain dengan kenyataan yang sulit dibanding saya harus belajar dengan imajinasi yang mudah.

Skrg, saya tau akan banyak yang membicarakan ini itu saya biarkan karena saya blm cukup bukti untuk menyatakannya, hanya saja saya berharap waktu dapat mempelajari proses saya.

Saya sudah cukup melihat, mendengar dan berbicara. Yang saya butuhkan hari ini adalah menindak lanjutinya

Sudah saatnya saya berubah, saat saya mengerti bahwa menerima kenyataan memang lebih terjangkau dibanding menerima angan tak terjangkau.

Saya tetap memiliki mimpi, mimpi itu akan saya rangkai sebaik mungkin, setidaknya saya bukan anak 6th yang memiliki impian.

Saya sudah lebih energik, beberapa kali terpaan datang. Saya pastikan saya lebih kuat dari sebelumnya karena yang saya tau masalah semakin menguatkan diri.

Percayalah, dalam mengambil keputusan kita perlu tau resiko terbesarnya, karena terlalu banyak resiko pun tidak begitu berarti.

Saya tidak lagi tau cara terbaik mengatasi ini selain menyadari, menerima dan menindak lanjuti karena hanya saya yang dapat melakukan itu.

Kalaupun hasrat itu lebih kuat dari kenyataan ini, saya lebih memilih berhenti dan menyatakan saya siap menghadapi kenyataan itu sendiri.

Saya tidak sedang dalam pilihan, yang saya tau hidup adalah tentang kebaikan, kalau tidak berarti kesia-siaan.

Kalaupun saya bertanya kenapa ini terjadi pada saya, saya tahu bahwa saya lebih kuat dari ini.

Zainab 21 th~