4/25/2015

DATANG LAGI?

Kenapa datang lagi? Ketika semuanya belum sempurna untuk dihancurkan. Meski terasa sebenarnya telah dibiarkan oleh keadaan yang selalu kalah dengan perasaaan. Seakan lupa kejadian yang membuat kita semakin hilang menelan segala harap yang tak sampai. Jika mimpi hanya sekedar rumpi yang tak akan ada habisnya. Rupanya kita selalu merasa dipertemukan untuk menyampaikan perasaaan yang tak sampai.
Kenapa pergi lagi? Ketika semuanya belum sampai pada akhirnya untuk permulaan yang tak juga dimulai. Meski terasa sebenarnya telah ada perasaan yang tak seharusnya. seakan lupa bahwa kamu akan pergi tanpa alasan yang berarti lagi. Jika harap tak sampai pada sikap yang tak terjadi pada diri. Rupanya kita selalu merasa menjadi diri walau pun bukan pada keadaan sendiri.
Ketika datang, aku tidak pernah mengingat kamu hilang. Bahkan ketika hilang, aku tidak pernah lupa kamu akan datang. Karenanya kita merasa pasti walau tanpa bukti. Mereka tidak salah, begitupun kamu. Kenapa harus membohongi jika ada yang menghalangi diri ini untuk ikhlas. Ikhlas menerimamu datang kembali.
Kenapa pergi kalau akhirnya akan datang, kenapa menjauh kalau akhirnya didiekatkan. Ini bukan tentang siapa? Tapi tentang bagaimana. Sampai diri ini lupa dengan sendiri.
Tak mudah untuk percaya lagi denganmu, tak sulit untuk menerima mu lagi. Karenanya rasa hanya soal waktu, mungkin hanya menunggu kesempatan yang tak lama lagi datang.
Pertanyaan tentang perasaan memang tak sempat dibalas dengan perasaan. Semakin terlihat sakit ketika terdengar luka yang tak mampu terobati. Semakin terdengar perih ketika tak mencapai pada puncaknya. Tak seharusnya merasa itu terasa, selayaknya sakit ini tak sebaiknya disakiti. Karena biarkan ini berjalan untuk kesekian kalinya. Tak seharusnya merasa itu terasa, selayaknya kecewa ini tak sebaiknya dikecewakan karena dengan ini kita tidak akan pernah menyesal.
Ada yang lain dari ini? Atau hanya diri ini saja. Merasa satu namun disatukan. Merasa hanya aku namun dipercumakan. Atau aku yang salah menafsirkan, banyak bisikan yang menyata begitu saja. Hati nurani atau hanya sebatas godaan. Banyak terlintas tapi tak menyangkut dalam. Aku hanya ingin berdiri merasa mampu dengan hati yang menentu. Walau bertanya sendiri dengan lugu, akankah aku hanya satu namun diam seperti batu.


Kalian~

Ini untuk kalian yang merasa sedih ketika mendengar asa pada diri ini tertinggal pada kisah yang terus berlalu. Yang merasa senang ketika melihat senyuman kecil yang membuat berbeda suasana ruangan dalam cerita. Yang merasa cemburu ketika ada orang lain lebih dulu membaca gerak yang berubah sejak sebelumnya. Yang merasa tak dianggap ketika diri ini merasa sendiri dalam kesepian yang panjang.
Hanya diri ini, yang terlalu rendah menyampaikan asa yang selalu tumbuh dan kadang layu untuk sekadar ada dalam obrolan yang semulanya damai begitu saja. Yang terlalu tinggi menginginkan keadaan dalam bersama ketika sendiri mulai menyelimuti perasaan yang tak mungkin tersampaikan. Yang terlalu mengukur haruskah kalian mendengar hal yang sama dalam cerita yang beda namun terulang. Menyanggupinya pun rasanya tak mampu, apalagi harus berusaha dengan damai terlihat sanggup menanggapi cerita ini.
Kalian begitu hebat menyegerakan rasa ini berlalu untuk yang kesekian kalinya. Kalian begitu mahir dalam mengatakan dengan usaha diri sendiri yang membuat tak sendiri. Kalian begitu kuat menjelaskan bahwa nyaman tidak tentu aman. Kalian begitu sempurna untuk mengingatkan diri ini pada kesalahan yang mungkin sama namun dalam cerita yang berbeda.
Untuk saat ini, waktu dapat berlalu begitupun senang dan kesedihan. Oleh karenanya, tak perlulah kalian mengerti dengan apa senang dan sedih itu ada dalam cerita. Biarkan diri ini mengerti karena kalian begitu berarti.
Kadang yang berat itu justru meringankan, merasa seakan kuat namun tak seutuhnya berjuang. Hanya imajinasi yang tergambar, ketika tak ada lagi realita yang dapat dibuktikan. Lantas, selama ini hanya angan saja yang terbang bersama angin. Entah selama ini hanya diri ini saja yang menerbangkan harapan itu sendiri tanpa siapapun.  Selama ini? Selama itu pula pengenalan hanya sebatas diri tanpa ada kita didalamnya, karena sejatinya kita tidak pernah menginginkan untuk menyatu apalagi berdua.
Trak! Jika memang ingin serius jangan hanya mencari yang ingin saja namun tak ada keseriusan dalam berusaha. Selama apapun kata itu tak akan pernah mengalahkan saat ini keadaan yang merubah keadaan. Menentukan adalah sulit, namun menentukan pilihan lebih rumit. Karena tak ada pilihan lain yang layak untuk dipilih.
Salah, karena terlalu yakin pada pilihan yang tak pernah yakin pada dirinya sendiri. Terasa berjalan sendiri walau berjuang untuk berdua. Diri seakan berpikir sebaiknya dijauhi dari pada menjauh, dengan apapun itu caranya. Berhentilah pada fokus yang tak berharap diprioritaskan. Jangan hanya terbawa dengan takut yang selama ini mengganggu diri, padahal diri ini saja tanpa kita didalamnya.
Cukup rasanya ketulusan itu sampai, meski tak tersampaikan. Karena akhir kita yang memiliki dan direncanakan oleh Tuhan. Tapi apakah sakitnya sampai saat ini dan selama ini. Sebaiknya ada fokus yang perlu diprioritaskan selain kamu dan kita tak akan pernah memprioritaskan kefokusan itu.
Proses itu hanya milik diri yang mau berusaha, bukan menikmati apa yang ada. Mendaki itu lebih baik dari pada hanya melayang. Sampai dimana hati akan menikmati yang berhati akan berhati hati meski tak berarti.
Ini yang terakhir, entah walau sampai kapan menganggap ini yang terakhir tapi malah yang terakhir itu berakhir kembali ke awal~