Jenuh terasa penuh yang
akhirnya mengeluh. Tak kehabisan akal untuk mengatakan ada asa yang tertinggal
meski bekal belum cukup. Tak kehabisan pikiran untuk meneliti ada mimpi yang
belum wujud. Tak kehabisan batin untuk meresap ada sikap yang belum tertutup. Jenuh
dengan aktivitas yang hanya kandas ditelan waktu. Walau tersimpan berjuta
keinginan yang melintas tanpa berfikir ada cerita dibalik itu.
Kita hanya diwajibkan mengerti
dengan mempelajari, entah dengan cara apa dan ritual apa mesti tersusun rapi
dalam hati. Kita hanya berhak memihak segala hal yang perlu kita turuti, entah
dengan keadaan seperti apa dan fisik apa mesti terus mengusik dalam diri. Kita hanya
mengangguk mengatakan dengan sanggup, entah apa yang disanggupi mesti raga
mulai gugup untuk menjalani.
Tak ada memang penyesalan yang
berujung sialan. Hanya ini yang dapat dilakukan. Kita pun selalu pergi tak
berarti meski hanya melewati. Dimana ada banyak cinta yang selalu tumbuh
menghinggapi tanpa harus dihadapi. Sebenarnya, ini selalu mengusik ketika buruk
selalu menggoda kebenaran. Mengatakan lelah berjuang walau diri belum pernah riang.
Mengatakan perih merasakan walau diri belum pernah lirih mengutarakan. Tak
sangka ini hanya prasangka yang belum tentu menjadikan buruk. Tak sangka hingga
kuasa diri ini terasa puasa yang belum tentu menjadikan terpuruk.
Sedikit itu sepertinya sulit
dan hal rumit. Sampai ada angkat yang perlu ditangani dari perasaan yang hanya
terjadi saat ini. Sampai ada turun yang perlu dilangkahi dari perkataan yang
tak mungkin terjadi lagi. Sedikit memang tak sesuai dengan katanya. Tapi itu
hanya sekelumit kenyataannya. Biarlah sedikit ini menyemangati diri tiada henti
bahwa mati itu pasti dan berhenti itu tidak menandakan kita lebih berarti.
Katakan pada diri sendiri,
bukakan mata hati diri sendiri. Akan ada yang tertawa jika kita terbawa. Akan ada
yang tersenyum jika kita belum. Akan ada yang melirik jika kita tertarik. Percayalah
itu tak akan menjadikan kita apa? Tapi mengapa kita seperti demikian. Bukannya itu
hanya membuat kita sekian.
Namun yang pasti, ada yang
menangis bahagia ketika kita selalu merilis demi melawan penuh yang jenuh itu. Semangatlah
dengan menyemangati, rindulah pada kebenaran sejati, ada luka hati yang mulai
ditutupi bahwa ini mesti diobati. Bersigap untuk mulus sampai hinggap teruntuk
lulus.
No comments:
Post a Comment