2/25/2015

Harus cerita ke siapa?

Harus? Mungkin sudah semestinya itu dilakukan, begitu pun dengan rasa yang banyak tertanam dalam hati akibat guncangan diri yang entah kapan berhentinya. Meski diam adalah cara terbaik menghadapi masalah ini namun tidak memiliki solusi yang pasti dalam fakta dikehidupan ini.
Ini bukan tentang aku, tapi tentang mereka yang selalu menemani proses ini. Ada apa dengan mereka? Akankah kelelahan itu tidak hanya dibibir saja tapi implementasinya berdiskusi dengan ragu dengan hati ini. Inikah keluhan terparah yang pernah dirasakan. Inikah rasanya sendiri dengan sejuta harapan yang belum sempat tersampaikan. Dan inikah kehidupan yang sebenarnya ketika tidak ada lagi dukungan selain diri ini sendiri.
Ketika pergi aku hanya berharap ia akan kembali dengan kekuatan yang lebih dari sebelumnya. Ketika diam aku hanya berharap celotehnya lagi untuk selalu menemani proses ini. Ketika lelah pun aku selalu berharap semangat itu menjadi melebihi semangat diri ini.
Tapi akankah harapan itu menguatkan aku pula dalam proses ini. Akankah hikmah menghampiri diri ini yang selalu menagihnya dalam setiap guncangan yang terjadi. Akankah mereka hadir kembali dalam respon positif yang terjadi atas diri ini.
Lalu harus kepada siapa aku bercerita? Mungkinkah aku lupa masih memiliki Tuhan yang maha segalanya dalam keadaan apapun. Dan demi nikmat yang selalu menemani kehidupan ini aku bersyukur tanpa rasa pamrih. 

No comments:

Post a Comment