8/17/2015

Serba Salah

Sejatinya kebenaran hanya milikNya, Sejatinya kesempurnaan hanya milikNya. Sekalipun usaha mengiringi setiap proses yang tidak mudah, sekalinya tak ada kehendak maka tak sampailah pada kebaikan yang diinginkan melainkan kebaikan yang dibutuhkan.
Apakah dengan berbagi menjadian hati menjadi dengki? Bukankah berbagi adalah hal menyenangkan bagi yang merasakan. Bukannkah dengan berbagi menjadi diri merasa bersyukur atas kelimpahan. Tapi, kenapa dalam kesempatan ini berbagi menjadikan diri semakin bersalah. Kenapa berbagi semakin menusuk lebih dalam tentang arti diri.
Perasaan tidak pernah membohongi diri yang lemah menyadari keadaan. Mungkin serba salah hanya dalam pengambilan kesimpulannya saja. Ketika resiko terburuk diambil dalam masalah yang berbeda. Meski setiap apapun memiliki kebaikan walau setitik.
Hanya diri ini saja yang merasa, semakin melebarkan pelukan justru mengurangi keeratan sebelumnya, karena meyakini ketidakmungkinan diri tidak membutuhkan orang lain. Tersadar ketika mereka menanyakan seakan kebaikan yang dilewati dengan pelukan yang erat mulai merenggang dengan adanya tambahan kuantitas didalam pelukan itu. Kenapa harus bertanya? Seakan setiap hal perlu dipublikasikan disetiap momennya persahabatan. Seakan apapun itu dinamakan persahabatan yang baik jika pengetahuannya lebih detail dipahami.
Apakah berbuat baik pada siapapun itu perlu pamrih yang selalu ditagih. Walaupun penyindiran itu samar terdengar, namun menyadarkan.  Apakah berbuat baik pada apapun itu perlu bayaran dalam penawaran. Walaupun ungkapan itu mulai ada namun tak berada.
Bukankah persahabatan selalu menghargai pertemanan, dengan apapun dan siapapun nanti, biar waktu yang menyeleksi. Pemantasan itu hanya pada diri selayaknya menjadi yang terbaik dalam ceritanya kita bukan aku atau kamu. Kita memang buruk mengenal sebatas kisah yang kita alami terasa sama seakan solusi terbaik pada pengalaman terbaik, namun melupakan hal yang sebenarnya malah membalikan sikap yang seharusnya dijauhi.
Kita ini apa? Sejak kapan keformalan teman atau sahabat itu ada? Sejak kamu mengatakan hal yang begitu menggucang perasaan. Seakan aku berfikir dua kali untuk penganggapan. Kamu itu bukan hanya kamu, kamu berarti majemuk, berarti luas.
Tidak ada yang salah dalam kesempatan ini. Bukankah resiko terbesarnya hanya kita yang mengambilnya dengan bagian terburuknya. Saya yang tidak merasa pantas dijadikan yang terbaik sebagai teman apalagi sahabat. Namun kalian sendiri yang membuka diri bahwa bukan untuk saat ini kita merasa dalam keeratan yang sesungguhnya, mungkin lain kesempatan.
Diri berharap seakan masih diberi kesempatan untuk lebih mengenal arti bagian resiko terburuk itu sehingga waktu mampu mengubah keadaan mempercayakan kamu untuk lebih dalam memasuki hidup dalam kebersamaan walau tak harus bersama. Terima kasih atas penganggapan yang tak pernah terduga sebelumnya, namun pemantasan itu tak baik atas pembalasan yang diberikan pada diri.
Wallohualam bissoaf, ada bukan berarti berada. Kebersamaan bukan berarti bersama. Keistimewaan bukan berarti istimewa. Dan kesempurnaan bukan berarti sempurna. Bagaimana kita memandang dan bagaimana pemantulan pemandangan itu menampilkannya. Berfikirlah dalam perbedaan, seakan kita menjadi mereka begitupun sebaliknya. Namun kesalahan bukan bagian terbesar saat ini. Hanya kesempatan yang tak baik bukan berarti buruk. Dan yang merasa hanya diri bahwa serba salah hanya pada penyalahan diri yang sejatinya selalu berkesempatan berbuat kesalahan.



No comments:

Post a Comment