Ini jawaban bagi yang
pernah bertanya tentang alasan yang sebenarnya mereka ketahui. Namun malah
membalikan diri seakan dingin selalu menyelimuti hati yang sebenarnya dalam
kehangatan, seakan batu selalu mengeraskan hati yang sebenarnya dalam
kelembutan, seakan acuh selalu memaksa hati yang sebenarnya dalam kepedulian.
Diri merasa seakan
merasakan lebih dalam tentang arti bagaimana orang lain mengartikan dalam
kebaikan yang sebenarnya salah diartikan. Diri merasa seperti menjalani lebih
dulu tentang makna bagaimana orang lain mengubah kebaikan yang sebenarnyasudah
berubah.
Bukan ini maksutnya,
bukan seperti ini pula maknanya. Hanya saja diri itu tertutup pada besarnya
rasa karma yang harus diterima. Mengertilah akan ada yang tersakiti jika hati
itu berhati hati, menjadikan sejati menjadi bukti yang tidak lagi berarti. Akan
ada yang terkhianati jika perasaan itu berubah seperti berjalannya waktu dalam
komunikasi yang menentu. Akan ada yang terbunuh seperti diri itu terbawa luluh
yang tidak memiliki tujuan seperti diri itu menjanjikan penuh.
Biarkan sendiri itu
membantu diri ini merasakan bagaimananya indahnya berdua, memberikan hikmah
yang dapat mengubah rumah sebagai satu satunya tempat kembali. Biarkan diri
selalu dalam kata sendiri yang tidak dalam keperluan apapun diri itu bersimpati
dalam arti yang berbeda walaupun dalam perasaan yang berbeda dan penilaiannya
pun berbeda. Karena hati yang sepenuhnya mengerti justru berusaha melebarkan
sayapnya untuk lebih mengeratkan kesetiannya yang perlu ditunjukan.
Tidak perlu iba dalam
keadaan yang telah ada sebelum atau sesudahnya kisah. Rencana Tuhan tak
sepantasnya dikeluhkan pada objek yang hanya menilai subjektif kisah itu. Tidak
perlu menayakan diri ini baik dalam keadaan yang telah ada sebelum atau
sesudahnya kamu. Kesempatan Tuhan tak selayaknya dipertanyakan pada diri yang
sejatinya sudah melewati dalam lindungan Tuhan.
Percayalah, tidak ada
yang mau diperlakukan tidak baik walaupun dirinya belum tentu baik. Karenanya bersikaplah
seperti apa kamu ingin diperlakukan. Karena diri hanya biasa dalam kebiasaan. Karena
bagi orang tidak ada yang mau susah padahal diri yang sebenarnya menyusahkan.
Percayalah, diri hanya
ingin dihargai tanpa sebagai apapun selain manusia yang mengerti bagaimana ia
akan diperlakukan orang lain. Dan apapun penilaiannya tetap Tuhan yang lebih Kuasa menentukan jalan hidup yang
mampu diberikan makhlukNya.
No comments:
Post a Comment