8/18/2015

Hakikat Diri

Apa hakikat diri? Akan kah diri bagian dari sendiri. Ketika dibiarkan semakin mengusik membisikan hati ada raga yang setengah pergi. Ketika dirasakan semakin mengecewakan hati ada jiwa yang setengah sempurna. Ketika diikuti semakin menusuk hati ada rasa yang setengah berlalu.
Kenapa bergantung pada mereka semakin mempermainkan emosi yang tak mungkin lagi tertahan. Kenapa bergantung padaNya justru perlu melekat ketika dekat. Bagaimana ketika jauh, akankah mereka yang berusaha mengerti hanya sekadar ingin mengikuti tanpa hati. Akan kah Dia memerlukan perlekatan juga ketika jauh walau menyapanya pun ragu dalam setiap kewajiban.
Dari dulu, kesadaran mungkin baru mengerti seakan tak ada dulu ketika sekarang. Menikmati sekarang tanpa merencanakan perubahan pada hari berikutnya adalah omong kosong belaka. Menikmati bukan tidak boleh, karena yang berlarut itu tidak baik.
Ketika dibawah rasanya melihat keatas merasa diri selalu kurang dalam kesombongan, hanya membawa diri dalam keadaan yang selalu disendirikan. Ketika diatas melihat kebawahpun tak mampu hanya sekedar menoleh pun tidak, hanya berakhir pada pengabaian yang diiringi benci seakan pernah melewati.
Bagaimana cara melawan keadaan yang tak seperti selayaknya sehingga penerimaan itu jatuh pada keikhlasan hati. Bagaimana cara menghargai keberadaan diri yang belum sempat dihargai dalam kesempatan yang lain. Inilah hidup, dan hidup inilah yang tidak pernah terfikir dalam rencananya manusia namun terpikir dalam RencanaNya yang Maha Kuasa.

No comments:

Post a Comment