7/17/2015

Menahan

Lama rasanya gundah tak pernah tersampai pada kesempatan yang tepat. Meski ingin, namun memulai sangat lebih sulit dari sebelumnya. Mungkin diri ingin tak menetap namun menyegerakan hal yang tak perlu diingat. Tapi, apalah arti menahan dalam kesakitan yang dalam jika yang dirindukan pun tidak berani merindukan perasaannya. Walau hanya sekedar perasaannya saja, sehingga apapun itu menjadi pilihan kita sendiri sebagaimana luka yang akan sembuh dengan sendirinya.
Hanya karena keresahan sebelumnya meliputi segala ketakutan saat ini. Terasa sangat mengundang sejuta perasaan yang sulit tergambarkan. Terasa sangat menyentuh diri yang mendiami perasaanya sendiri. Terasa sangat mengagetkan hati yang tak lagi ada perasaan lain yang menghampiri. Akankah ada hanya dibalik semua perubahan yang merasuk dalam kosong yang sudah lama merasa sepi. Mungkinkah ada jika dibalik segala keluhan yang belum pernah dirasakan oleh hati yang merasa kuat. Adilkah gelisah ini tersampai pada gelisah yang berbeda kesempatannya.
Terbayang seakan pernah menjalani segala yang akan terjadi, seakan penat selalu hadir dalam setiap harapan yang mungkin menjadi hal yang baru. Saya, tidak mengerti dengan apa yang akan terjadi namun selalu menerka hal yang belum terjadi sampai akhir pada kejatuhan yang tersungkur. Merasa diri lemah dan tak pantas untuk mendapatkan hal yang baru bahkan menghapus segala gelisah selama ini. Merasa diri ini kuat hanya dengan kisah ini saja tanpa variasi yang membuat warna dalam kehidupan.
Untuk setiap malam yang sulit terpejam dalam lelahnya menahan sepi. Bersaksi lah akan ada manfaat yang dapat mengubah perasaan tentang dia menjadi kamu. Atau tentang kamu menjadi dia. Sehingga akan ada selalu kebaruan yang memberi tanda bahwa perasaan tidak mati, namun sedikit tak mengenakan untuk segera dipulihkan.

Menahan itu mampu memberi kebahagian selayaknya Tuhan yang melemahkan ketika sebenarnya diri ini lemah. Dan menguatkan ketika sebenarnya diri ini kuat. 

No comments:

Post a Comment