Apakah dengan berterus
terang ada yang kita rasakan akan otomatis orang lain rasakan? Ataukah dengan
berdiam diri memendam apa yang kita ingin katakan secara pasti orang lain tidak mengetahui. Ada bahasa
yang tidak dapat dipraktekan namun dapat ditunjukkan. Ada gerak yang bisa
terbaca dengan hati yang sudah berpengalaman. Tidak perlu khawatir karena
dengan keadaan apapun hati tidak dapat dipermainkan.
Setelah itu, dengan apa
kita harus berbicara untuk sekedar mengatakan tak selayaknya diri ini mendengar
apa yang diluar pikiran. Karena merasa ada yang belum memiliki solusi yang
damai. Tapi apakah kata orang lain? Jangankan peduli, untuk sekedar mengetahui
pun diri ini merasa tercaci bagai orang yang tak pernah sadar dengan
keadaannya. Tapi apa kata diri? Sedangkan hati ini lebih resah dari biasanya
namun tak sampai untuk menyelesaikan. Bukan karena belum mau tapi belum mampu.
Jangan befikir dengan
tidak mau mendengar diri ini samar, tapi lewat sikap tak mau mengajak orang lain
untuk bijak dalam keadaan diri yang sulit ditebak. Hanya diri sendiri yang
mengerti bukan saatnya memberi arti pada setiap kasus yang terjadi. Karena terlalu
percaya akan kemampuan yang diberikan tak melebihi masalah yang diajukan.
Mengerti lebih memahami
tentang bagaimana indahnya menjalani dengan teryakini. Karena setiap manusia
memiliki masalah dan penyelesainnya begitupun dengan yang terjadi. Walau setiap
sikap akan bertatap adakah kemampuan yang diberikan jika kasus itu bukan
terjadi pada orang seharusnya. Yakinkah, dengan masalahmu itu kamu akan menjadi
kamu yang sebenarnya bukan yang apa adanya. Karena dengan menerima akan
membiarkan diri ini belajar dengan wajar untuk sadar bersama.
Cerita tentang mereka
semakin menggenang bagaikan hati hanya teringat pada kenangan. Tidakkah diri
ini berusaha mengatakan tak sebesar hal yang indah dengan benar. Itu hanya masa
lalu akan menjadi berlalu, maka jangan hanya jadi benalu, cukup diri yang malu
dan orang lain tak perlu. Bukanya tidak terharu, karena kesyukuran selalu
berseru, ada masa yang berada disaat ini bahwa diri ini layak berada disini.
Mengikhlaskan adalah rasa
kelas tinggi yang tidak ada tandingannya lagi. Karenanya seakan diri tidak
menangis, tidak berduka walau luka sedang terbuka. Bukan hanya tragis namun
celaka. Buatlah seindah indahnya pribadi, seperti diri sudah menjadi, entah
apapun itu kejadiannya. Ada hebat jika terlibat. Karena yang berbicara tidak
akan pernah merasakan sampai akhir nanti dan hanya kata yang dapat dilantunkan
karena tak sempat sehebat orang yang melakukan. Karena yang perlu diketahui,
diri ini tidak dapat berbuat banyak jika tidak layak.
No comments:
Post a Comment