Lelah,
tak sempat ku ceritakan ini pada siapapun. Rasanya hati cukup bergetar membaca
seuntai kata yang meliuk seperti kisah pengalaman pada buku yang baru saja ku
beli. Ingin rasanya meluapkan ini, tapi pada siapa? Pertanyaan yang sebaiknya
tak memiliki jawaban.
Rindu,
tapi tak mengerti bagaimana menyatakannya. Bagaimana mengungkapkannya jadi
suatu sikap yang tidak salah tingkah. Bukan tidak berani namun lebih berhati
hati dalam menyikapi hati. Meski tak sampai, aku berharap dia merasakan tak
perlu balasan. Hanya butuh peresapan yang sampai mengubah rasa jadi perasaan.
Rasa,
tak ada salahnya aku menerka, membaca bahkan mengerti tentang sikapmu yang baru
ku kenal itu. Aku tak ingin kita hanya menjadi sepi yang tak berarti dalam
obrolan panjang waktu itu. Aku pun tak ingin kita menjadi ramai yang berati
dalam pertemuan singkat itu. Namun aku hanya ingin kita bisa menjadi kita yang
seutuhnya, yang tidak menggerutu ketika harus bercerita kepada siapa, ketika
harus bagaimana dengan jawaban yang akan didapatkan oleh opini yang belum
pernah terdengar lewat hati.
Indah,
kenapa begitu saja seperti sedia kalanya. Mungkin kemarin hanya kebetulan,
sampai lupa akan perasaan yang belum sempat dinyatakan. Mungkin kemarin hanya
khilaf, sampai tiada henti memikirkan respon baik buruknya orang orang yang
melihat pertemuan kita. Mungkin kemarin hanya semata, tak pernah sejalan hingga
kita sulit dipertemukan lagi dengan sehati.
Sulit,
seperti kebanyakan orang lain yang terlalu mengagumimu, bahkan menginginkanmu. Mungkin
ini, ini yang terbaik. Akankah pandangan ini hanya jadi yang pertama tidak
berakhir. Akankan pandangan ini tidak memiliki akhiran yang baik atau sekedar
menjelaskan bahwa ada rasa yang mungkin dimiliki diantara kita namun perlu
kerendahan hati untuk menyatakannya. Akankah pandangan ini tetap akan menjadi
satu satunya yang pertama tanpa kita harus mengulang dan mengakhirinya.
Sayang,
saya menamakan ini semua atas nama yang tidak ada perbedaan apapun dalam soal rasa.
Saya menamakan ini semua atas nama trauma yang selalu saya jadikan alasan
bagaimana saya harus berhenti dan mengakhiri pandangan pertama ini. Dan saya
mengatasnamakan hati yang sudah terlalu lama terluka dan sulit untuk mengerti ini
apakah kebetulan atau benar pandangan pertama yang akan berubah jadi perasaan
yang sejati.
No comments:
Post a Comment