2/25/2015

MERAH

Merah, rasanya diri ini mendengar segala kebaikan yang belum sempat tersadari. Seakan merona mengudara tanpa mengenal arti dari warna diri ini. Sampai dada ini sesak tak berdaya, sampai hati ini lemah menatap sesuatu yang mulai diperbincangkan orang. Sampai raga ini tak kuat menopang harapan yang kesekian kalinya.
Ada apa ini? Kenapa seperti aku yang menginginkan diri ini tau bahwa ada sedikit asa yang mulai menumbuh? Mengukir diatas resah yang sulit aku tenangkan. Mengapa ini? Terjadi seakan begitu saja dengan segenggam ucapan manis yang menggoyahkan jiwa. Jiwa yang rapuh tak serapuh pembawaannya. Jiwa yang selalu terbang melayang indah dengan alunan motivasi orang lain.
Bukan sebuah permulaan, karena ini telah ku rasakan sejak dulu. Sejak sebelum aku menyukai ini lagi, sejak sebelum aku membenci kenangan ini lagi. Bukan sebuah akhiran, karena ini bisa saja aku teruskan tanpa henti. Mengikuti liku yang sudah ku jalani, yang mungkin tanpa kamu.
Ini membuat aku tenang, membuat aku semakin menjatuhkan hati pada pesan yang indah. Mengubah rindu menjadi sendu yang merdu. Mengubah rasa menjadi sangat terasa. Mengubah harapan menjadi penerapan yang memiliki masa depan. Tak kuasa untuk memeluk diri ini se erat eratnya sampai akan sadar diri ini pun akan hancur jika terlalu keraskan.
Akan kulihat jalan yang dulunya sepi hingga ramai, akan ku lihat bunyi yang dulunya sunyi akan terdengar. Akan kulihat riuknya angin yang pelan menjadi sangat kencang. Akan kulihat malam hingga pagi menjelang. Sampai akan kulihat diri ini terbakar membara, mulai mengikuti pesona merah yang tak akan padam.
Ini lah diriku, sendiri, sepi

No comments:

Post a Comment