Merah,
rasanya diri ini mendengar segala kebaikan yang belum sempat tersadari. Seakan
merona mengudara tanpa mengenal arti dari warna diri ini. Sampai dada ini sesak
tak berdaya, sampai hati ini lemah menatap sesuatu yang mulai diperbincangkan
orang. Sampai raga ini tak kuat menopang harapan yang kesekian kalinya.
Ada
apa ini? Kenapa seperti aku yang menginginkan diri ini tau bahwa ada sedikit
asa yang mulai menumbuh? Mengukir diatas resah yang sulit aku tenangkan.
Mengapa ini? Terjadi seakan begitu saja dengan segenggam ucapan manis yang
menggoyahkan jiwa. Jiwa yang rapuh tak serapuh pembawaannya. Jiwa yang selalu
terbang melayang indah dengan alunan motivasi orang lain.
Bukan
sebuah permulaan, karena ini telah ku rasakan sejak dulu. Sejak sebelum aku
menyukai ini lagi, sejak sebelum aku membenci kenangan ini lagi. Bukan sebuah
akhiran, karena ini bisa saja aku teruskan tanpa henti. Mengikuti liku yang
sudah ku jalani, yang mungkin tanpa kamu.
Ini
membuat aku tenang, membuat aku semakin menjatuhkan hati pada pesan yang indah.
Mengubah rindu menjadi sendu yang merdu. Mengubah rasa menjadi sangat terasa.
Mengubah harapan menjadi penerapan yang memiliki masa depan. Tak kuasa untuk
memeluk diri ini se erat eratnya sampai akan sadar diri ini pun akan hancur
jika terlalu keraskan.
Akan
kulihat jalan yang dulunya sepi hingga ramai, akan ku lihat bunyi yang dulunya
sunyi akan terdengar. Akan kulihat riuknya angin yang pelan menjadi sangat
kencang. Akan kulihat malam hingga pagi menjelang. Sampai akan kulihat diri ini
terbakar membara, mulai mengikuti pesona merah yang tak akan padam.
Ini lah diriku, sendiri,
sepi
No comments:
Post a Comment